Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pesan Yang Tak Tersampaikan, part 4

      “Bonekaku…” Ucap seorang anak perempuan berbaju merah marun sambil menangis. Kemudian aku melihat seorang anak laki-laki yang membantunya merebut boneka dari genggaman anak gendut yang sengaja membuat si merah marun menangis. “Ini bonekamu, jangan menangis lagi.” Ucap anak laki-laki itu sambil memberikan boneka dan mengusap kepala si merah marun. Ajaib, anak perempuan itu berhenti menangis dan tersenyum. Krrinnngggg. Alarmku berbunyi. Lagi-lagi aku memimpikan masa kecilku dengan Vina.

      “Pagi Ka.” Sapa Andre ketika aku sampai di parkiran.

      “Pagi Ndre.” Jawabku.
      “Pagi Andre.” Ucapnya sambil tersenyum, aku melihat senyumnya kemudian membalasnya. Tapi dia tidak menatap ke arahku.
    “Kamu bertengkar sama Vina? Kenapa dia tidak menyapamu?” Tanya Andre. Aku hanya diam.
      Sudah tiga bulan semenjak aku membentaknya, aku dan Vina masih tidak saling sapa. Tak bisa ku pungkiri, ada sesuatu yang membuat aku rindu padanya. Aku selalu merasa sakit hati karena setiap bertemu denganku dan Andre, dia hanya menyapa Andre. Dengan senyum khas darinya.
      “Kamu pulang sama siapa Tian?” Suara seseorang dari parkiran motor terdengar tak asing bagiku.
   “Nggak tahu Ndre. Aku bisa pulang sama kamu nggak?” Tanya seorang wanita. Tian tepatnya, berbicara dengan Andre.
      “Dengan senang hati sayang.” Ucap Andre.
    Aku berdiri menatap ke asal suara dari dalam kelas tempat aku rapat dengan anggota basket yang lain. Aku terkejut melihat Andre melingkarkan tanganya ke bahu Tian. Aku tak menyangka atas apa yang baru saja aku lihat. Padahal tadi pagi, masih ku lihat Tian dan Prabu bergandengan.
      Aku segera memacu motorku menuju rumah. Ku lemparkan tasku ke atas tempat tidur lalu berbaring di atasnya. Tiba-tiba sesuatu terjatuh dari tasku. Handphoneku. Dengan fotoku dan seorang wanita yang sedang tersenyum sebagai wallpapernya.
   “Raka, sini foto sama aku..” Ucapnya kegirangan. Tanpa aba-aba dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mengambil gambar.
       “Lucu sekali Ka.” Ucapnya memandang HPku dengan tawa yang memancar di wajahnya.
      Aku mengingat hari dimana Vina mengambil gambar kami pada hari itu. Itu foto pertama kami berdua sekaligus foto pertamaku dengan seorang wanita. Saat itu aku hanya memandangi dirinya yang sibuk mengotak-atik HPku. Entah kenapa aku selalu merasa nyaman berada di sampingnya. Senyumnya selalu bisa membuat aku tersenyum. Aku merindukannya.
       “Pesan Vina.” Ujarku. Aku teringat akan pesan Vina yang belum aku baca. Aku mencarinya dan ku temukan kertas-kertas berbentuk hati itu masih tersimpan rapi di dalam tasku. Aku mulai membacanya.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar